Saturday, April 21, 2007

Georg Lukacs: Menuju Kesadaran Murni Proletar

Sebuah analisa sejarah dan filsafat atas pandangan kesadran kelas otentik oleh Georg Lukacs


Proletariat itu haruslah dibawa pada kesadaran kelas dan kemudian diajak untuk semakin menyadari kesadarannya tersebut hingga kaum proletar sampai pada kesadaran yang sebenarnya atau yang murni. Ini adalah pemikiran Lukacs atas Marxisme yang berkembang pada saat itu. Ia melihat bahwa kaum proletar walaupun mereka secara fisik berjuang namun karena perjuanggannya sejalan dengan logika borjuis, mereka tidak secara nyata atau murni berjuang. Maka perlulah kesadaran proletariat di mana kesadaran itu menjadi milik proletariat itu sendiri dan tidak hanya masuk dalam ruang politik publik saja. Partai revolusioner dijadikan penjamin adanya kesadaran kelas ini. Kesadaran diklaim tidak bisa begitu saja ada pada proletar melainkan harus dikembangkan dan dicerahkan lewat partai.
Pandangan dia atas merupakan pandangan dari Georg Lukacs yang terdapat dalam bukunya, yaitu History and Class Consciousness, yang ditulis pada tahun 1922. Dalam buku ini ia menginginkan suatu pencapaian kembali ke sumber, yaitu kembali ke harkat filosofis teori Karl Marx yang pada zaman itu didangkalkan dengan apa yang dinamakan Marxisme Vulger. Ia juga ingin menangkis kritik dari para Marxis terhadap penghapusan kebebasan-kebebasan demokratik di Uni Soviet, terutama terhadap Rosa Luxemburg.
Dengan demikian, penulis ingin melihat dengan lebih jelas mengenai pemahaman akan buku History and Class Consciousness. Penulis akan menuju pada kesadaran kelas yang dipahami oleh Lukacs yaitu kesadaran yang muncul karena dicerahkan oleh partai. Penulis pada awal paper akan membahas kritik Lukacs terhadap Marxisme Vulger yang menurut Lukacs tidak mencerminkan pemikiran asali Marx. Pada bab berikutnya akan diuraikan mengenai teori dan praxis yang merupakan teori dialektis dalam memahami kenyataan masyarakat sebagai totalitas. Kemudian penulis akan menjelaskan mengenai reifikasi, pemikiran Lukacs akan dimaterikannya hubungan antar manusia dan terakhir akan dijelaskan mengenai partai revolusioner yang merupakan penjamin kaum proletar menuju kesadaran murni. Sebagai akhir, akan dimasukan tanggapan penulis terhadap teori Lukacs atau HCC yang cemerlang ini.

KRITIK TERHADAP MARXISME VULGER
Marxisme Vulger, menurut Lukacs terperangkap dalam perkembangan borjuasi. Marxisme justru tidak menunjukan cirinya sebagai teori revolusioner melainkan, hanya menyesuaikan diri dengan masyarakat yang ada. Marxisme dipandang sebagai teori sosiologis atau ekonomis ilmiah saja. Dalam hal ini, Lukacs menyebutnya sebagai kekhasan kontemplatif di mana realitas hanya diamati dan dituruti, tetapi tidak diubah. Para marxis penganut ini percaya bahwa kepitalisme niscaya akan runtuh dan bahwa di atas keruntuhan tersebut proletariat akan menciptakan masyarakat sosialis.
Marxisme Vulger tidak mengubah sama sekali, hanya mengikuti perkembangan masyarakat saja. Maka pengetahuan ditugaskan untuk merumuskan hukum-hukum objektif yang mana hukum-hukum tersebut juga mengandaikan adanya sebuah hakikat tak berubah dalam realitas. Inilah ciri metafisik Marxisme Vulger. Marxisme seharusnya merupakan sebuah materialisme historis.
Bahwa “Marxisme Vulger” tidak melihat pentingnya gerakan revolusioner berkaitan dengan keyakinannya bahwa keruntuhan kapitalisme dan penciptaan masyarakat sosialis merupakan keniscayaan hukum sejarah. Hal ini tidak benar menurut Lukacs karena perbedaan antara keniscayaan dialektis dan “keniscayaan mekanis-kausal menjadi kabur. Seharusnya keniscayaan akan munculnya masyarakat sosialis digerakkan oleh kesadaran revolusioner proletariat yang ada dalam kapasitas dialektika materialisme historis bukan hanya pada otomatisasi keadaan.
Lukacs memandang etika dari Marxisme Vulger berhenti pada titik utopis. Artinya kesadaran revolusioner proletariat tidak digunakan sebagaimana mestinya sesuai dengan dialektika materialisme historis. Etika Marxisme Vulger jatuh dalam fatalisme dan voluntarisme . Fatalisme ekonomistik percaya bahwa revolusi akan datang dan kapitalisme akan tumbang apabila kondisi-kondisi ekonomis sudah matang. Di samping itu, kapitalisme karena dinamika kompetisi sendiri, niscaya akan menciptakan kondisi-kondisi itu. Dalam pandangan ini revolusi sosialis menjadi nasib (fatum) tak terelakkan yang tinggal saja ditunggu kedatangannya. Karena itu, kaum ekonomis itu menolak segala agitasi revolusioner di antara kaum buruh di antara kaum buruh sebagai gerakan tanpa arti.
Setelah merumuskan etika Marxisme ke dalam fatalisme ekonomistik jatuh dalam ekstrim kebalikaanya yaitu, voluntarisme. Voluntarisme yang berasal dari etika neoKantianisme mengakibatkan pemahaman revolusi sebagai kehendak baik- moral yang sudah ada dalam diri manusia. Dengan itu revolusi ditempatkan sebagi tujuan etis saja tanpa gerakan perjuangan buruh.

TEORI DAN PRAXIS
Dalam pemahaman Lukacs, Marxisme yang benar adalah teori yang dapat menjalankan peranan historisnya sebagai teori revolusioner. Di sini dialektika materialisme menjadi kunci pengertiannya. Kunci ini menyatakan bahwa dalam Marxisme terjadi adanya keatuan antara teori dan praxis dan kenyataan masyarakat sebagai totalitas. Untuk sampai pada pemahaman seperti ini, Lukacs memakai ajaran Hegel mengenai dialektika, yang oleh Marxisme Vulger pandangan ini terlupakan.
Lukacs mengikuti Hegel menyatakan bahwa pemikiran filosofis merupakan unsur menuju subyek absolut bukan sekedar pemikiran kontemplatif subyek mengenai realitas. Dengan demikian Lukacs menjelaskan teori Marx sebagai unsur dalam praktek revolusioner sosialis sendiri. Sebuah teori menjadi praxis revolusioner apabila mengangkat apa yang menjadi kecenderungan objektif kelas sosial yang paling maju. Dengan kemudian merasuk kembali ke dalam kelas itu, teori itu akan memfokuskan perjuangannya dan dengan demikian menjadi faktor kunci dalam pembentukan kesadaran revolusioner kelas itu .
Teori revolusioner menemukan subyek materialisme historisnya dalam diri proletariat. Proletariat adalah suatu realitas konkrit yang sering dikatakan sebagai kelas yang dipersiapkan oleh sejarah untuk mengatasi kaum borjuis. Namun dalam peranannya proletariat memiliki dua cermin yaitu ia sebagai sistem produksi kapitalis dan sebagai kelas bawah, di mana proletariat langsung merasakan segi-segi negatif masyarakat borjuis. Maka oleh karenanya proletariat memiliki kecenderungan objektif untuk memberontak terhadap masyarakat borjuis .
Menurut Lukacs, proletariat adalah subjek objek identik dengan proses sejarah. Ia adalah subjek pertama dalam sejarah yang mampu membentuk kesadaran sosial objektif yang sesuai. Ini merupakan suatu kesatuan antara pengertian tentang realitas sosial dan realitas sosial itu sendiri. Proletariat selain menjadi objek juga sekaligus menjadi subjek. Di satu pihak ia berpartisipasi dalam rasionalitas perekonomian kapitalis tetapi di lain pihak ia merasakan irasionalitasnya. Ia adalah hasil perkembangan sejarah, perkembangan yang mendukung kapitalisme dan ia juga yang akan meneruskan sejarah yang secara sadar membongkar masyarakat borjuis dan menciptakan masyarakat sosialis. Dengan demikian, kesatuan teori dan praxis tercipta .
Proletariat adalah suatu ekspresi sejarah yang semakin mematang menuju transformasi akhir dan juga suatu kesadaran teoritis dari subyek sejarah. Proletariat itu diistimewakan oleh sejarah, tidak hanya dalam hal meraih posisi objektif untuk memberontak secara radikal yang dikemudian hari mampu meruntuhkan pembagian kelas, eksploitasi, konflik sosial, dan pemisahan individu dari kehidupan sosial, alienasi, kesadaran palsu dan ketergantungan manusiawi dalam kekuatan historis intersubyektif. Dalam kecenderungan ini semua kenyataan total dihadirkan dalam pergerakan revolusioner. Kesadaran diri proletariat berkaitan dengan kesadaran sejarah sebagai keseluruhan dalam proses yang semakin menjadikannya matang . Dalam hal ini teori dan praxis bukanlah dua hal yang berbeda melainkan satu dan merupakan fenomena yang sama.

REIFIKASI
Dalam menuju pematangan kesadaran sejarah proletariat diperlukan kesadaran akan realitas masyarakat. Menurut Lukacs, dengan berpatok pada pemahaman fetisisme Marx, telah terjadi reifikasi dalam realitas masyarakat. Istilah reifikasi menunjuk pada apa yang sebenarnya merupakan hubungan antar-manusia bebas kelihatan seperti hubungan antar-benda, jadi sebagai suatu kenyataan objektif. Kekhasan masyarakat borjuis adalah bahwa semua hubungan antar-manusia dikuasai oleh hukum pasar. Dalam kapitalisme segala sesuatu, termasuk hubungan antar-manusia, dimengerti sebagai bentuk komoditi, barang untuk diperjual-belikan. Komoditi dan seluruh proses jual-beli ditentukan oleh hukum-hukum objektif pasar yang menurut paham kapitalisme bersifat ‘alami’ dan ‘rasional’ dan karena itu ‘abadi’. Begitu pula masyarakat borjuis memandang segala macam hubungan antar-manusia, jadi struktur-struktur ekonomis, sosial, politis dan budaya masyarakat kapitalis sebagai pola kehidupan bersama manusia yang paling alami dan rasional. Padahal kekuasaan menyeluruh bentuk komoditi itu merupakan hasil sebuah proses sejarah hasil manusia.
Kegiatan manusia dalam berkerja bukan lagi milik pribadi yang ada sesuai minatnya. Manusia dengan begitu menjadi teralienasi dan proses tidak secara langsung mereka miliki dan kuasai. Mereka sepertinya menjadi tersebar dalam spesifikasi yang diberikan dalam perkerjaan. Misalkan saja seorang yang berkerja di pabrik rokok. Ada orang yang hanya fokus berkerja melinting rokok tersebut. Ia tidak tahu keseluruhan proses dan hanya dengan mengikuti saja apa yang diberikan oleh pabrik. Ia hanya mengambil bagian dalam sistem produksi saja. Keberadaannya hanya ada dalam partikularitas pabrik. Ini oleh Lukacs telah menyingkirkan kedalaman diri manusia di mana manusia itu juga memiliki minat, inisiatif, kreatifitas, dan kepribadian . Oleh masyarakat kapitalis, hal seperti ini tidak menjadi bagian yang dipikirkan melainkan hal yang mengganggu sistem produksi.
Marx memahami bahwa komoditi merupakan fetis yang dianggap memiliki kekuatan mutlak atas semua proses kehidupan masyarakat sedangkan Lukacs melihatnya lebih jauh bahwa hubungan antar manusia juga diberhalakan dalam bentuk komoditi atau dengan kata lain direifikasi. Dengan demikian hubungan antar-manusia dipahami sebagai hukum pertumbuhan komoditi. Hukum tersebut dianggap alami, objektif, dan rasional dalam masyarakat kapitalis. Dengan demikian hubungan antar-manusia tidak lagi ditentukan oleh cita-cita pribadi, persahabatan, perhatian intelektual, kesamaan minat, atau oleh minat untuk berkomunikasi, melainkan oleh hukum pasar.

PARTAI REVOLUSIONER
Dialektika materilaisme historis yang ada dalam Marxisme sebagaimana dipahami oleh Lukacs telah menyatukan teori dan praxis. Subyek dari penyatuan tersebut terdapat dalam diri proletariat. Subyek dalam bentuk kesadaran revolusioner dalam realitas masyarakat harus dibangkitkan potensinya ke dalam bentuk aktual. Pembangkitan tersebut membutuhkan organisasi kesadaran proletariat. Di sini Lukacs mengikuti apa yang dikatakan Lenin mengenai partai revolusioner. Dalam pengertian Lukacs, partai adalah jauh lebih daripada sekadar bentuk organisasi proletariat. Partai adalah penjaga dan penjamin kesadaran proletariat. Proletariat selalu dapat saja berada dalam ketidaksadaran sehari-hari terhadap potensi revolusionernya. Dapat saja setiap hari, proletariat terperosok dalam kepentingan tetek-bengek perjuangan ekonomis sehari-hari seperti kenaikan upah atau perpendekan hari kerja. Agar proletariat tidak melupakan tujuan yang sebenarnya, yaitu revolusi dan penciptaan masyarakat sosialis, diperlukan sebuah partai revolusioner. Di sini partai revolusioner menjadi wadah objektif penampung kesadaran revolusioner proletariat .
Partai revolusioner merupakan sarana bagi proletar untuk tidak jatuh pada pikiran-pikiran borjuasi. Kaum proletar harus disadarkan oleh partai revolusioner yang berkerja lewat fungsi moral. Mereka tidak begitu saja bisa masuk pada kemenangan kelas dan muncul masyarakat sosialis. Mereka harus diajak untuk berpikir dan menambah pengetahuan menegenai kemenangan proletariat dan itu hanya bisa dengan kesadaran murni proletar. Jika kesadaran diyakinkan akan berkembang begitu saja maka bisa dikatakan ini adalah hal yang utopis. Inilah yang dikritik Lukacs terhadap pandangan Rosa Luxemburg di mana ia berpandangan bahwa partai revolusioner hanya bertugas mengangkat ke dalam kesadaran penuh apa yang secara tidak sadar sudah ada dalam kesadaran proletar. Kesadaran tidak bisa begitu saja tumbuh melainkan harus dijamin oleh partai itu sendiri.
Karena itu, Lukacs menyebut organisasi proletariat dalam partai sebagai bentuk pengantaraan antara teori dan praxis. Partai memebentuk dan memiliki “disiplin revolusioner” karena “komitmen anggota-anggotanya, hubungan antara partai dan massa, dan benarnya pimpinan politiknya”.

TANGGAPAN
Lukacs merupakan orang yang mengajak untuk kembali pada dialektika hegel di mana itu menjadi bagain penting yang dianut oleh Marx. Ia menolak adanya determinisme sosiologis dan ekonomis yang berkembang lewat Marxisme Vulger. Ia lebih menekankan pada kesadaran kelas di mana dengan kesadaran kelas ini kaum proletar akan lebih kuat dalam menuju kesadaran kelas dan menuju masyarakat sosialis. Kaum proletar harus menjadi subjek sejarah dan itu dijalankan dengan kesadaran yang terbentuk. Mereka tidak lagi bisa teralienasi. Namun kesadaran itu tidak begitu saja terbentuk melainkan harus dengan jaminan dari partai revolusioner. Reifikasi harus dihilangkan dengan kesadaran yang tidak muncul begitu saja. Pengetahuan dan ideologi harus dikuasai agar kesadaran kelas bisa dimungkinkan.
Walaupun pada akhirnya Lukacs menolak ini namun pemikiran seperti ini merupakan pemikiran yang cemerlang pada zamanya. Dalam karyanya ia berani dengan tegas melawan marxisme yang tidak berkembang pada jalannya. Dengan teorinya ini ia memberikan pemikiran lebih untuk mewujudkan marxisme total sebagai yang benar dan juga bagaimana kebenaran itu dibuktikan. Pandangan ini, dianggap, seperti suatu koleksi pernyataan-pernyataan dogmatis dan bukan suatu argument-argumen. Namun, pada kenyataannya ia tetap merupakan seorang filsuf yang hebat yang pada waktu itu mampu membuat kejutan terhadap nalar yang berkembang.



DAFTAR PUSTAKA

Craig, E. 1998. Routledge Encyclopedia of Philosophy. London: Routledge.
Kolakowski, Leszek. 1978. Main Currents of Marxism Vol. III. Oxford: Clarendon Press.
Magnis- Suseno, Franz. 2003. Dalam Bayangan Lenin: Enam Pemikir Marxisme dari Lenin sampai Tan Malaka. Jakarta: Gramedia.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home