Saturday, April 21, 2007

Globalisasi

GLOBALISASI:
lAHIR DARI KONDISI HISTORIS


“Ia terkejut”. Inilah perasaan yang kemudian muncul ketika Friedrich von Raumer melihat kereta api London-Liverpool. Ia menyatakannya dengan menyebutnya seekor naga, yang cepat, yang menyemburkan api di depan, dan yang meraung-raung sehingga 20 kereta yang ada dibelakangnya mampu dijalankan dengan ringan seperti bocah yang bermain di atas trek yang rata. Ia juga terkejut ketika melihat gunung-gunung dan lembah-lembah yang ditata hanya untuk menyediakan jalan khusus untuk sang naga besi ini. Jalur khusus ini menjadikan daerah tersebut tidak lagi alami melainkan telah diatur sesuai dengan keinginan manusia itu sendiri. Berkaitan dengan manusia, ia kembali terkejut karena manusia dapat mengarahkan kehendaknya terhadap naga tersebut hanya dengan sentuhan jari.
Dalam kisah bangsawan Jerman ini yang berkunjung ke Inggris yang terkejut melihat naga besi yang cepat dan mudah dikuasai manusia, saya melihat faktor moderenitas di sini sangat kuat, teknologi yang berkembang menjadi penentu. Belum terlihat juga dengan jelas apakah sisi globalisasinya juga muncul karena sesuatu yang global lebih ditandakan dengan sesuatu yang homogen. Keadaan global menjadikan segala sesuatu menjadi umum, umum dalam nilai, kebiasaan, teknologi, sistem perekonomian, dan lain sebagainya. Lokalisasi sedikit demi sedikit dikikis dan segala sesuatu yang berbau negara diliberalisasikan. Nah, dalam kisah bangsawan Jerman yang terkejut itu sepertinya masih menandakan bahwa di Jerman ternyata belum ada kereta api yang sama seperti di Inggris. Kereta api tersebut belum menjadi sesuatu yang “worldwide”. Maka, saya kira, kereta api itu hanya menjadi sesuatu yang baru yang lebih tepat disebut hasil modernitas, walaupun akhirnya moderenitas itu mau tak mau terglobalkan.
Berubahnya alat transportasi menjadi kereta api merupakan suatu perubahan ke arah materialisasi. Barang material telah menggantikan panggung gerak manusia sehingga waktu dan ruang juga ikut termaterialisasi. Dengan begitu waktu dan ruang menjadi terdeterminasi. Saya pribadi setelah membaca beberapa artikel tentang globalisasi merasa bahwa faktor ruang dan waktu dalam kisah bangsawan yang terkejut itu belum begitu tercerabut. Contoh mudah ketercerabutan adalah chatting, di mana orang bisa bercengkrama di dua ruang yang berbeda dalam waktu yang sama. Nah, di situlah jelas bisa dilihat terkompresnya waktu dan ruang. Kisah pengiriman surat ke Jerman juga merupakan suatu contoh karena bangsawan yang mengirim surat itu tidak hadir di Jerman ketika surat itu sampai.
Selain itu adanya kereta api yang cepat membuat faktor kecepatan mengalami perubahan yang signifikan. Kecepatan yang terjadi membuat waktu dan ruang ter-decoupling. Maka untuk menyelesaikan misi tidak lagi dibutuhkan kehadiran. Kehadiran yang terikat dengan ruang telah disisihkan dan waktu menjadi penentu perealisasian kehendak. Maka, kecepatan merupakan kunci perubahan yang terjadi. Perubahan waktu dari London ke Liverpool yang terpadatkan merupakan buah dari kecepatan.
Hadirnya naga besi ini memang tidak dipisahkan dari berkembangnya teknologi industri saat itu. Dan berkembangnya teknologi tidak lepas dari modal yang ada dan modal tidak lepas dari pemilik modal. Keterkaitan ini memuncak pada agency. Agen yang memiliki kekuasaan dan juga modal berusaha sedemikian rupa untuk mencari bentuk baru dalam hal teknologi yang mampu untuk lebih memadatkan kecepatan sehingga waktu dan ruang dapat tercerabut. Maka agen-agen pemilik modal menjadi pengagas bagi berkembangnya teknologi saat ini yang kemudian menjadikan dunia ini mengglobal.
Selain sebagai pengagas, pemilik modal juga bisa mempengaruhi dalam taraf mood. Maka bangsawan Jerman yang terkejut bila ia memiliki mood untuk mendapatkan kereta api yang sama dengan Inggris maka sebagai seorang yang berkuasa ia akan mampu mendapatkannya. Mood juga menentukan berkembangnya modernitas karena dengan mood manusia atau orang-orang di dunia ini akan menjadikan segala sesuatu dari suatu negara dikirim dan terkirim sehingga akan menjadi barang yang umum atau sampai pada homogenisasi kondisi. Inilah globalisasi.
Dari kisah yang sederhana di tahun 1835 ternyata mengalirkan kausalitas yang berlimpah. Dari kisah telah dituliskan bahwa gunung telah diratakan dan lembah telah dinaikkan dan ini merupakan suatu bentuk ke arah dunia yang global yang di kemudian hari suatu daerah hanya akan berisi gedung dan aspal. Surat yang mungkin saat itu hanya dikirim lewat kurir kini bisa lebih cepat lagi lewat e-mail atau faximile. Naga besi yang saat itu sudah dikatakan cepat kini menjadi amat sangat cepat. Berbagai kondisi dunia saat ini memang berbeda dengan di tahun 1835 tetapi kondisi-kondisi tersebut merupakan suatu sebab akibat. Evolusi kecepatan semakin besar sehingga waktu dan ruang menjadi ter-distansiasi. Agency menjadi makin berkuasa karena semakin banyak keuntungan yang diraihnya. Inilah globalisasi yang merupakan realitas sekarang ini yang terbentuk karena perkembangan yang pesat dari modernitas. Globalisasi sekali lagi merupakan suatu buah dari moderenitas yang dulu dibanggakan dan dikejutkan. Jadi, globalisasi merupakan suatu keadaan yang dibentuk secara historis, tidak terbentuk begitu saja, oleh berbagai faktor.




DAFTAR PUSTAKA
Harvey, David, Time-Space Compression and the rise of Modernism as a Cultural Force, dalam The Globalisasion Reader oleh F. Lechner dan J. Boli (eds), Oxford: Blackwell, 2000, hlm. 134-140
Priyono, B. Herry, Cangkang Kosong Nasionalisme? Antara Lokal dan Global, dalam seminar Dies Natalis STF Driyarkara.
Tomlinson, John, Globalization and Culture, Cambridge: Polity Press, 1999

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home